Sabtu, 20 Februari 2010

ALAM SEBAGAI SIMBOL IDENTITAS DAYAK



Bicara tentang identitas Dayak, erat kaitannya dengan apa yang disebut alam. Sementara dalam alam itu memiliki tiga unsur penting yang membentuk jati diri orang Dayak. Ketiga unsur tersebut adalah Hutan, Tanah, Air. Jika unsur-unsur ini hilang atau dimusnahkan, maka taruhannya adalah harga diri. Bagi orang Dayak, hutan, tanah dan air merupakan sesuatu yang mutlak dan dipercaya sebagai ladang kehidupan, karena menyediakan beragam jenis mahluk hidup baik yang bergerak maupun tidak bergerak semuanya dikelola, dijaga dan dilindungi keberlangsungannya. Selain itu juga, alam menjadi sesuatu yang sakral sehingga dalam setiap proses aktivitas yang bersentuhan langsung dengan pengelolaan sumber daya alam, maka harus dipastikan sudah meminta izin terlebih dahulu kepada penguasa alam semesta dan semua mahluk baik yang hidup maupun yang sudah mati.
Seperti dalam proses membuka lahan untuk perladangan. Setiap tahapan selalu diawali dengan meminta izin agar penguasa alam bumi itu turut menyertai dan memberkati. Orang Dayak masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya, dimana kepercayaan terhadap alam semesta beserta unsur-unsur didalamnya memiliki atau ada penguasanya. Orang Dayak percaya kepada Tuhan yang mereka sebut sebagai; Jubata, Duata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Tuhan yang tertinggi. Kemudian juga masih ada penguasa lain dibawah kekuasaan Tuhan tersebut, misalnya; Puyang Gana (Dayak mualang) adalah penguasa tanah, Nek Duata (Penguasa Alam), Raja Juata (penguasa Air), Kama”Baba (penguasa Darat), Jobata, Apet Kuyan'gh (Dayak Mali) dan lain sebagainya.
Disinilah, jelas terlihat bagaimana orang Dayak berinteraksi dengan alamnya, mengelolanya sesuai dengan pengetahuan dan kearifan yang mereka miliki agar senantiasa bisa berkelanjutan, tetap mampu menyediakan sumber-sumber kehidupan sampai pada generasinya nanti.
Alam bagi orang Dayak dipahami sebagai sesuatu yang sakral. Karenanya, orang Dayak tidak akan pernah mengeksploitasi alam karena bagi mereka tanah adalah tubuh, air adalah darah dan hutan adalah nafas kehidupan. Dari hal itulah kemudian membentuk nilai-nilai kebudayaannya, kepercayaannya dan kehidupannya sebagai orang Dayak yang dibangun secara harmoni dan seimbang. Inilah mengapa ketiga unsur tersebut menjadi simbol identitas diri Dayak.
Apabila unsur-unsur tersebut dihancurkan atau dimusnahkan, maka menurut keyakinan religius-moral orang Dayak, itu adalah sebuah kesalahan fatal yang bisa menghadirkan malapetaka baik bagi diri sendiri maupun komunitasnya. Oleh karena itu, jika ada sikap dan perilaku yang salah, bengkok, dan merusak hubungan antar sesama dan alam, maka perlu dilakukan rekonsiliasi misalnya seperti melakukan ritual upacara adat. Tujuannya jelas untuk memulihkan kembali relasi yang sudah rusak itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar